Rabu, 13 September 2017

Seminar Peluang dan Tantangan Industri Kerajinan Budaya Daerah: Talkshow Pre-Event Festival Kota Kita 2016

Rabu pagi, 4 Mei 2016 di Museum Rumoh Aceh digelar Talkshow Banda Aceh Culture and Heritage City. Talkshow ini mengambil tema "Peluang dan Tantangan Industri Kerajinan Budaya Aceh".
Kegiatan ini dipersiapkan oleh Cluster Culture And Heritage City yang merupakan satu dari empat cluster (kelompok komunitas) dalam Kolaborasi Komunitas Aceh yang menjadi panitia pelaksana Festival Kota Kita 2016. I Love Songket Aceh merupakan salah satu komunitas yang turut berpartisipasi dalam kegiatan yang juga menjadi silaturahim akbar lintas komunitas tersebut.



Talkshow dibuka oleh Moderator Maulidar Yusuf dari Diwana Institute. Sebagai narasumber sesi pertama hadir Fitri Aulia, Creative Director busana muslimah Kivitz dan Fitri Aulia. Fitri Aulia memaparkan tema "Songket Aceh dalam Desain Hijab Syar'i Fitri Aulia." Fitri Aulia membagikan inspirasinya bagi generasi muda dalam mengenal dan mencintai kebudayaannya.

Belum lama ini, Fitri Aulia berkesempatan menampilkan karya Songket Aceh dalam busana syar'i yang diusungnya dalam event Jakarta Fashion Week. Kunjungannya ke Aceh juga dalam rangka mempelajari dan mengenal lebih dekat motif-motif dan kerajinan budaya Aceh.



Selanjutnya, Zulhadi Sahputra, ST, MT memaparkan tema "Inovasi Budaya dalam Desain Arsitektur Kontemporer". Menurut Zulhadi yang juga dosen Jurusan Arsitektur Universitas Syiah Kuala ini, budaya dilihat bukan sekadar sebagai warisan masa lalu, (yang harus dilestarikan), tetapi menjadi sumber pengetahuan untuk masa kini dan masa yang akan datang.

Zulhadi menambahkan, transformasi budaya merupakan keniscayaan karena kebutuhan dan persoalan masyarakat akan selalu berubah dari masa ke masa. Generasi muda menurut Zulhadi seharusnya tidak menjadikan pandangan negatif terhadap inovasi sebagai penghalang untuk berkarya dan unjuk diri. Sehingga, dapat bermanfaat untuk lingkungan yang lebih luas.



Dalam sesi kedua menghadirkan narasumber Ibu Dra. Hj. Mukhirah, M.Pd, dosen Prodi Tata Busana Jurusan PKK Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala yang membahas tema "Makna Motif-motif Khas Aceh dalam Khazanan Budaya Aceh. Menurut Ibu Mukhirah, motif-motif khas Aceh memiliki makna dan filosofi tersendiri. Namun, tidak banyak lagi generasi muda yang tertarik untuk mempelajari dan mengenal lebih dekat.

Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Ungkapan tersebut tampaknya tepat untuk menjelaskan fenomena tergerusnya motif-motif khas Aceh dalam era modern. Ibu Mukhirah dalam kesempatan tersebut menggambarkan sejumlah motif khas Aceh dari berbagai daerah di Aceh, antara lain Aceh Besar, Aceh Pidie, Aceh Barat dan Aceh Timur.

Terbuka peluang untuk mengeksplorasi motif-motif tersebut sesuai perkembangan zaman, namun tetap tidak boleh meninggalkan sekurang-kurangnya satu ciri khas yang melekat pada motif tersebut. Di antara ciri khas motif Aceh adalah terdapat banyak lekukan. Selain itu, motif khas Aceh cenderung lebih banyak kepada flora atau tumbuh-tumbuhan.



Meutia Halida Khairani, praktisi online enterpreneur yang juga seorang penulis novel dan blogger. Meutia saat ini aktif menemukan produk-produk kerajinan budaya lokal di daerah-daerah yang ternyata sangat digemari oleh para pembeli dari belahan dunia berbeda seperti Eropa dan Amerika. Fenomena ini merupakan peluang bagi industri kerajinan budaya lokal untuk dapat terus berkembang.

Mengambil tema bahasan"Brand Kerajinan Budaya Lokal Go International", Meutia berbagi pengalamannya mengelola bisnis penjualan barang secara online. Menurut Meutia, konsumen dewasa ini telah semakin kritis dalam berbelanja. Sehingga, mau tidak mau pelaku bisnis online diharuskan untuk memperlajari lebih dalam mengenai detail barang yang mereka tawarkan ke pasar (marketplace).




Talkshow Banda Aceh Culture and Heritage City ini merupakan program pre event dari Festival Kota Kita yang digagas oleh Kolaborasi Komunitas Aceh. Kegiatan ini dikoordinasi oleh belasan komunitas yang tergabung dalam cluster (kelompok komunitas) yang concern di bidang budaya dan pusaka (culture and heritage). Puncak kegiatan Festival Kota Kita ini akan dilangsungkan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Meuraksa, atau dikenal juga dengan Taman Kota Lambung/Blang Oi, Banda Aceh pada 7-8 Mei 2016 mendatang.


Banda Aceh, 5 Mei 2016


Ditulis oleh Azhar Ilyas
Juga dimuat dalam blog http://festivalkotakita.blogspot.co.id/2016/05/talkshow-banda-aceh-culture-and.html dengan judul Talkshow Banda Aceh Culture  and Heritage CIty Festival Kota Kita 2016.


Senin, 14 Maret 2016

Songket Jasmani, Tenun Aceh Penuh Kreasi

Melihat motif-motif menarik dengan ragam warna yang memikat hati ini pastilah membuat hati bertanya, apa kisah di balik pembuatan kain dan siapa gerangan pembuatnya. Benar, kain-kain yang terpajang di foto ini bukanlah sekedar kain. Ini adalah tenun songket Aceh yang dapat kita temui di sentra pengrajin Songket Jasmani di Desa Miruek Taman, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.


Jasmani Daud (50), salah seorang pengrajin dari Desa Miruek Taman mulai berkarya sebagai penenun songket Aceh sejak tahun 1984. Keterampilan menenun diperolehnya dengan berguru pada mendiang Nyak Mu (Hj. Maryamu) yang meraih upakarti atas pengabdiannya sejak tahun 1973 bagi pelestarian pusaka kerajinan budaya Aceh di Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar.

Kamis, 26 November 2015

Behind The Scene DGTSA 2015

Sabtu, 31 Oktober 2015. Mentari pagi menyapa ceria saat peserta mengisi buku tamu Diskusi Gathering Tenun Songket Aceh. Kegiatan dengan agenda diskusi gathering tenun songket Aceh, launching komunitas I Love Songket Aceh dan pameran tenun Songket Aceh ini dilangsungkan di Aula Museum Rumoh Aceh.

Lima minggu sebelumnya, kali pertama kami bertemu tak pernah terbayangkan kegiatan tersebut benar-benar akan terwujud. Ketika itu Ibu Laila Abdul Jalil begitu bersemangat memaparkan naskah Cerita Songket Aceh yang telah lama mengendap dan Yelli Sustarina menawarkan momen sumpah pemuda – hanya berselang lima minggu kemudian -- sebagai wishlist tanggal kegiatan.

"Semangat anak muda, Bang!" ucapnya mantap ketika itu.


Selasa, 10 November 2015

Songket Nyakmu, Brand Lokal Warisan Indatu yang Pernah Mendunia

Berbicara kebudayaan lokal tentunya tidak dapat terpisahkan dari industri kerajinan tradisional. Pembenahan aspek manajerial dan pemasaran tak boleh diabaikan apabila kerajinan tradisional kita ingin tetap berdaya saing dalam arus perdagangan global. Di samping itu, kebanggaan dalam mengangkat warisan budaya leluhur melalui sebuah produk karya seni budaya dengan nilai estetika yang tinggi patut untuk terus dilestarikan.

Seperti halnya usaha tenun Songket Aceh Nyakmu yang berdomisili di Desa Siem, Kecamatan Darussalam, Aceh Besar. Songket Nyakmu merupakan brand lokal wastu citra atau kain tradisional nusantara -- yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya menenun merupakan warisan leluhur masyarakat Aceh, seperti halnya budaya membatik pada masyarakat di Pulau Jawa.

Menenun adalah tradisi masyarakat Aceh sejak ratusan tahun silam. Sumber foto di sini

Foto bertajuk : "Vrouw bezig met het weven van een kain te Atjeh" yang diperoleh dari koleksi KITLV Digital Media Library. Foto ini diambil di Aceh Besar, Provinsi Aceh. Sumber foto di sini

Minggu, 01 November 2015

Diskusi Gathering Tenun Songket Aceh 2015

Diskusi Gathering Tenun Songket Aceh digelar di Aula Museum Aceh pada hari Sabtu, 31 Oktober 2015. Kegiatan ini diprakarsai dan diselenggarakan oleh komunitas I Love Songket Aceh -- sebuah komunitas sadar budaya dan sadar karya yang bertujuan untuk menggali dan memperkenalkan kekayaan kerajinan budaya Aceh, khususnya tenun songket Aceh. Acara ini turut dihadiri oleh masyarakat umum dari berbagai kalangan seperti dari akademisi, perwakilan instansi, komunitas, pemuda dan mahasiswa serta masyarakat umum. Diskusi ini mengusung tema "Pelestarian Songket Aceh sebagai Mahakarya Kerajinan Budaya Aceh."


Acara dibuka dengan sesi diskusi pertama yang menampilkan narasumber Ibu Laila Abdul Jalil, S.S.,M.A, Bapak Dr. Indra Zainun, M.P. dan Bapak Dr. Iskandarsyah Madjid, S.E., M.M. Dalam sesi diskusi pertama dipaparkan napak tilas tenun songket Aceh serta peluang dan tantangannya.

Kamis, 29 Oktober 2015

Tentang Komunitas I Love Songket Aceh

I Love Songket Aceh adalah sebuah komunitas sadar budaya dan kerajinan Aceh, yang digerakkan oleh Azhar Ilyas (Gaminong Blogger) dan Laila Abdul Jalil (arkeolog Aceh). Komunitas ini terbentuk atas dasar kepedulian terhadap kerajinan Tenun Aceh semakin berkurang peminatnya. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi dan minat masyarakat dalam menggunakan Songket Aceh, padahal Songket Aceh merupakan Masterpiece hasil budaya orang Aceh di masa lampau.

Penggunaan kata I Love digunakan untuk menarik perhatian masyarakat, terutama kaum muda dalam mempopulerkan kembali Songket Aceh sebagai hasil budaya Aceh. Awalnya I love Songket Aceh mengangkat Songket Aceh yang berada di Desa Siem, namun nanti tidak menutup kemungkinan, komunitas ini akan mencari dan mengangkat kerajinan songket yang terdapat di daerah lain, sehingga memperbanyak keberagaman Songket yang ada di Aceh.


Menurut sejarahnya, Songket Aceh mempunyai motif yang beragam dan mempunyai nilai sejarah di setiap motif yang ditampilkannya. Motif-motif inilah yang akan dikenalkan kepada masyarakat supaya menambah kecintaan masyarakat terhadap Songket Aceh.



Narasi oleh: Yelli Sustarina, ( IG: @yellsaints )
Logo I Love Songket Aceh: Hijrah Saputra Yunus ( IG: @hijrah25 @piyohdesign )
Foto Songket dan Kupiah Meukutop : Citra Rahman ( IG : @citrarahman )

Hubungi Kami:


Instagram : ilovesongketaceh
Twitter : lovesongketaceh
Facebook group : I Love Songket Aceh